Jumat, 02 Desember 2011

Kehidupan Kota Memerlukan Kontrol Sosial Terhadap Penyimpangan


Kehidupan Kota Memerlukan Kontrol Sosial
Terhadap Penyimpangan
Hubungan antara urbanisasi dan penyimpangan terdapat dalam berbagai bentuk penyimpangan termasuk kejahatan, delinkuensi, alkoholisme, ketergantungan obat, berbagai bentuk gangguan mental dan bunuh diri. Tingkat kejadian bentuk-bentuk perilaku menyimpang tersebut adalah tinggi di kota-kota dibandingkan dengan komunitas lainnya yang lebih kecil. Di berbagai negara di dunia ditemukan perkembangan dan pertumbuhan penyimpangan berkaitan dengan proses urbanisasi. Urbanisasi membuat bagian kota tertentu tumbuh menjadi daerah pemukiman di mana lebih banyak kesempatan ekonomi. Daerah pinggiran di kota-kota berubah menjadi daerah pertumbuhan ekonomi yang mengikuti pertumbuhan pembangunan ekonomi dan tenaga kerja di daerah ini. Sementara di pusat kota tetap ada warga kelas bawah. Mereka dalam kondisi miskin dan dengan tingkat penyimpangan yang tinggi. Lebih dari itu, penyimpangan berkaitan dengan kehidupan di pusat kota. Hubungan penyimpangan dan kota berkaitan erat dengan karakeristik sosial kota, yaitu urbanisme, daripada dengan aspek fisik hidup di antara banyak orang di kota.

Urbanisme dan Penyimpangan
Urbanisme adalah gaya hidup yang berkembang di kota dan ditunjukkan oleh berbagai gambaran kehidupan sosial kota, termasuk konflik norma, perubahan sosial yang cepat, mobilitas, materialisme, individualisme dan peningkatan kontrol sosial formal. Di kota orang harus belajar cara berfikir dan berbuat yang baru dan mereka harus melakukannya di tengah banyak orang yang berbeda dalam ide dan kejadian. Orang juga harus belajar di dalam formasi subkebudayaan dengan norma dan nilai-nilai yang berbeda karena besarnya populasi, serta kemungkinan menemukan orang lain yang mempunyai keinginan dan nilai yang serupa, betapapun berbedanya mereka dalam kebudayaan yang lebih besar. Hilangnya kontrol sosial tradisional membuat masyarakat kota lebih bebas menyimpang dari norma-norma tradisional dan lebih sedikit mendapat sanksi negatif atas perilakunya. Tingginya diferensiasi sosial inilah yang mendorong penyimpangan di kota.
Kota juga tempat di mana beragam sifat menyimpang terjadi. Sifat-sifat ini berkaitan dengan kondisi struktural kota yang permisif dan mendorong perkembangan subkebudayaan, dengan pola perilaku yang berbeda. Sifat-sifat ini diadaptasi masyarakat kota dari sejumlah sumber termasuk hubungan asosiasi, lingkungan bertetangga, keluarga, media massa dan okupasi. Di kota, banyak kesempatan bagi orang untuk terekspos oleh sifat-sifat menyimpang dari berbagai sumber.

Proses Kontrol Sosial
Kontrol sosial biasanya diatur dengan sanksi atau reaksi tertentu terhadap perilaku. Internalisasi norma mungkin bentuk paling efektif dari kontrol sosial karena sanksi tidak diperlukan. Kontrol sosial terbagi dalam bentuk kontrol sosial formal dan informal. Proses kontrol sosial adalah bagian dari proses pendefinisian penyimpangan. Seseorang mengontrol orang lain dengan mendefinisikan perilaku orang lain menyimpang. Artinya pendefinisian penyimpangan berfungsi sama seperti sanksi yaitu menempatkan orang pada tempatnya.

Bentuk-Bentuk Kontrol Sosial
Kontrol sosial merupakan cara suatu kelompok atau masyarakat membuat para anggotanya berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan. Kontrol sosial dibedakan dalam kontrol sosial yang berbentuk formal dan informal. Pembedaan ini adalah semata-mata karena perbedaan jenis kelompok yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
Kelompok primer merupakan kelompok yang kecil, akrab, dan bersifat informal. Oleh karena itu kontrol sosial yang efektif adalah kontrol sosial yang diterapkan melalui proses sosialisasi, dan kontrol sosial yang diterapkan melalui tekanan sosial. Sedangkan kelompok sekunder adalah merupakan kelompok yang bersifat impersonal, formal, dan berdasarkan kepentingan (utilitarian). Karena ciri kelompok yang seperti ini maka kontrol sosial yang efektif selain kontrol sosial yang diterapkan dengan cara tekanan sosial juga dengan diberlakukannya aturan dan hukum formal serta bentuk-bentuk sanksi yang resmi, dan juga kontrol sosial melalui kekuatan.
Perilaku seseorang dalam kelompok selain karena alasan individual juga dipengaruhi oleh suatu situasi tertentu. Pengaruh situasi ini selain dalam bentuk kerumunan atau gerombolan juga karena adanya kecenderungan orang untuk mematuhi orang yang berotoritas. Oleh karena itu kepatuhan akan dapat dipahami apabila kita telah mempelajari pengaruh faktor situasi terhadap perilaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar